penggunaan kompor biogas sangat bermanfaat bagi masyarakat daerah karena dapat
PrayitnoCatur Nugroho (PCN) dukung berlangsungnya Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Development Working Group (DWG) G20 di Belitung,
Makanansehat yang dibuat dari umbi-umbian, mengandung serat, indeks glikemik yang rendah serta senyawa aktif yang dapat bermanfaat bagi para penderita diabetes mellitus. Kegiatan makanan fungsional untuk penderita diabetes melitus merupakan kegiatan unggulan program pangan yang bersinergi dengan salah satu kegiatan di Pusat Penelitian Kimia LIPI.
KeberadaanBPOM Bisa Bermanfaat Bagi Masyarakat. 3 Agustus 2020. Kopda Muslimin Tewas karena Minum Racun. 29 Juli 2022. 3 Pemain Top Timnas Indonesia Yang Belum Punya Klub. 28 Juli 2022. Kevin/Marcus Kembali Main, Putri KW Masuk Daftar. 28 Juli 2022. Leo/Pramudya dan Pasangan Ahsan/Daniel Bakal Dipatenkan?
A Latar Belakang. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang adalah agenda rutin yang dilaksanakan satu tahun sekali yang diikuti oleh seluruh mahasiswa Jurusan Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi pada semester dua. Kuliah Kerja Lapangan (KKL) Fakultas Sains dan Teknologi, khususnya Jurusan Biologi
tradisional1Lihat jawabanIklanIklan KerennnnnnKerennnnnnKelebihanModern mempersingkat waktu produksi memperbanyak hasil produksiTradisional menyerap banyak tenaga
Er Flirtet Ständig Mit Anderen Frauen. Sistem pembekaran yang terjadi pada tunggu/kompot biomassa tradisional memberi berdampak buruk terhadap kesehatan pengguna karena efesiensi pembakaran yang rendah mengakibatkan timbulnya banyak asap yang menggangu kesehatan pengguna. Pada kegiatan community service ini, diperkenalkan sebuah model kompor biomassa yang telah dikembangkan dan memiliki sistem pembakaran yang lebih sempurna, sehingga efesiensinya jauh lebih baik. Kegiatan ini berbentuk penyuluhan atau sosialisasi yang menjelaskan kepada masyarakat tentang kompor biomassa semi gasifikasi, nilai ekonomis dari penggunaan kompor biomassa semi gasifikasi, kelebihan menggunakan kompor biomassa, dan hubungan efesiensi pembakaran terhadap pembakaran, dampak positif bagi kesehatan serta bagian-bagian penting dari kompor biomassa semi gasifiksi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab untuk memantapkan pemahaman mereka terhadap kompor biomassa yang telah dikembangkan serta mencerahkan keraguan mereka. Kegiatan ini berjalan lancar dan diterima baik oleh masyarakat, terlihat dari keaktifan mereka dalam berinteraksi dengan pemateri tentang kompor biomassa selama kegiatan berlangsung. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 Dapat diakses secara online di Buletin Pembangunan Berkelanjutan Penerbit Universitas Islam Riau UIR Press Kompor Biomassa Sebagai Salah Satu Teknologi Tepat Guna Masyarakat Pedesaan Jhonni Rahman1 1Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Jln. Kaharuddin Nasution Km. 113 Marpoyan, Pekanbaru, Riau, Indonesia – 28284 *Penulis koresponden jhonni_rahman Riwayat Dikirim 1 Desember 2021 Direvisi 30 Desember 2021 Diterima 31 Desember 2021 Sistem pembekaran yang terjadi pada tunggu/kompot biomassa tradisional memberi berdampak buruk terhadap kesehatan pengguna karena efesiensi pembakaran yang rendah mengakibatkan timbulnya banyak asap yang menggangu kesehatan pengguna. Pada kegiatan community service ini, diperkenalkan sebuah model kompor biomassa yang telah dikembangkan dan memiliki sistem pembakaran yang lebih sempurna, sehingga efesiensinya jauh lebih baik. Kegiatan ini berbentuk penyuluhan atau sosialisasi yang menjelaskan kepada masyarakat tentang kompor biomassa semi gasifikasi, nilai ekonomis dari penggunaan kompor biomassa semi gasifikasi, kelebihan menggunakan kompor biomassa, dan hubungan efesiensi pembakaran terhadap pembakaran, dampak positif bagi kesehatan serta bagian-bagian penting dari kompor biomassa semi gasifiksi. Setelah itu dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab untuk memantapkan pemahaman mereka terhadap kompor biomassa yang telah dikembangkan serta mencerahkan keraguan mereka. Kegiatan ini berjalan lancar dan diterima baik oleh masyarakat, terlihat dari keaktifan mereka dalam berinteraksi dengan pemateri tentang kompor biomassa selama kegiatan berlangsung. Kata Kunci Tungku tradisional Efisiensi pembakaran Kompor biomassa Kesehatan PENDAHULUAN Sebagai daerah agraris Riau merupakan salah satu daerah di Indonesia yang memiliki potensi yang sangat besar sebagai sumber energy yaitu biomassa. Dengan banyaknya biomassa yang ada di propinsi Riau, masyarakat pedesaan dapat memanfaatkan biomassa tersebut untuk berbagai kebutuhan. Salah satu bentuk pemanfaatan biomassa yang sering dilakukan di daerah pedesaan ialah sebagai bahan bakar untuk keperluan memasak rumah tangga sehari-hari. Namun, pemanfaatan biomassa sebagai bahan bakar di pedesaan masih belum optimal karena masih menggunakan cara dan alat tradisional yang memberi dampak negative bagi pengguna Pathak et al., 2019. Diantaranya adalah permasalahan ganguan pernafasan pernafasan yang sering ditemukan pada masyarakat pengguna kompor masak tradisional Robin, et al., 1996. Bahkan tidak sedikit masalah tersebut merambah ke anak-anak dibawah umur yang secara tidak sengaja menghirup asap hasil pembakaran dari kompor tradisional ketika memasak. WHO telah mengeluarkan keterangan bahwa lebih dari 10% kematian dini yang terjadi pada anak-anak dibawah 5 tahun akibat penyakit pneumonia yang bersumber dari partikel-partikel halus yang berasal dari asap pembakaran kompor tradisional Statistik WHO, 2014. Dan kasus seperti ini sering terjadi di daerah pedesaan yang memiliki ekonomi relative rendah. Sehingga meskipun mereka menyadari atau merasakan efek buruk dari asap kompor Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 2 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 tradisional, mereka masih terpaksa untuk tetap menggunakannya. Hal ini terjadi karena beberapa kemungkinan alasan, bisa jadi dikarenakan susahnya mendapatkan bahan bakar fosil dan gas karena wilayah yang sulit terjangkau. Bisa jadi karena faktor ekonomi yang tidak memungkinkan bagi masyarakat ekonomi rendah untuk membeli bahan bakar fosil dan gas. Ditambah lagi dengan harga bahan bakar fosil yang terus melambung. Sementara itu di pedesaan masyarakat tidak membutuhkan dana sedikitpun untuk mendapatkan bahan bakar mengingat sumber bahan bakar alami tersedia melimpah disekitar mereka. Sehingga mereka bisa menyisihkan uang mereka untuk keperluan penting lainnnya. Gambar 1 adalah contoh kondisi masyarakat yang menggunakan kompor biomassa tradisional untuk memasak. Foto ini menggambarkan salah satu kebiasaan masyarakat setempat yang sering memasak sambil menggendong anak mereka. Gambar 1. Tungku masak tradisional di pedesaan Giyanto, 2020 Dalam ilmu konversi energi, timbulnya banyak asap akibat pembakaran menunjukkan proses pembakaran secara tradisional masih terlalu jauh dari sempurna. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para peneliti dalam maupun luar negeri efisiensi pembakaran dengan menggunakan cara tradisional masih sangat rendah yaitu sebesar kurang dari 15 % tergantung bahan bakar Julita et al., 2019. Hal ini menunjukkan bahwa potensi energi yang ada pada bahan bakar biomassa masih belum dimamfaatkan dengan baik, sehingga sering menjadi pemborosan dalam penggunaan bahan bakar biomassa. Optimalisasi performa biomassa untuk kebutuhan memasak, dapat dilakukan pada dua aspek, yaitu aspek bahan bakar dan aspek alat pembakaran dalam hal ini adalah kompor. Optimalisasi biomassa dalam aspek bahan bakar biasanya dilakukan dengan membuat bahan bakar biomassa menjadi bentuk yang lebih mudah digunakan dan performa yang lebih baik seperti briket, peningkatan kualitas, dan lain lain Elfiano, 2013; Elfiano et al., 2014. Sedangkan dalam aspek media pembakaran dapat dikembangkan melalui pembuatan model kompor biomassa yang mampu menghasilkan proses pembakaran yang lebih sempurna Rahman, 2015. Untuk masyarakat pedesaan pengembangan kompor biomassa merupakan solusi yang paling tepat dalam mengurangi masalah ditinjau dari berbagai aspek. Sejauh ini sudah banyak model model kompor biomassa yang memiliki efesiensi pembakaran yang memiliki efesiensi pembakaran yang lebih baik dari pada kompor tradisional, seperti kompor biomassa gasifikasi yang telah dikembangkan saat ini Julita et al., 2019. Sistem pembakaran yang terjadi pada kompor gasifikasi jauh lebih bersih dari pada kompor tradisional karena emisi yang dihasilkan jauh lebih sedikit. Sehingga tidak hanya less risk bagi pengguna tetapi juga hemat bahan bakar. Dan yang terpenting adalah penggunaan kompor biomassa dengan performa yang lebih baik mampu meningkatkan Kesehatan pengguna karena efek buruk dari asap sisa pembakaran dapat diminimalisir dengan baik Adler, 2010. Kegiatan community service melalui penyuluhan ini dilakukan untuk beberapa tujuan, yaitu menginformasikan kepada masyarakat setempat dampak negative asap bagi kesehatan pengguna dan orang terdekat mereka yang ditimbulkan ketika memasak menggunakan kompor/tungku tradisional. Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 3 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 Selanjutnya, kegiatan ini juga dilakukan untuk memperkenalkan salah satu model kompor biomassa gasifikasi natural yang dikembangkan oleh Prodi Teknik Mesin Universitas Islam Riau UIR sebagai salah satu solusi implementasi teknologi tepat guna ditengah-tengah masyarakat serta kelebihannya dibandingkan kompor biomassa tradisional. Gambar 2 adalah foto dari kompor biomassa semi gasifikasi hasil pengembangan Prodi Teknik Mesin UIR Rahman, 2015. Gambar 2. Tungku biomassa semi gasifikasi pengembangan Prodi Teknik Mesin UIR METODE PELAKSANAAN Pengabdian kepada masyarakat ini dilakukan di desa Danau Pulai Indah kecamatan Kempas Jaya kabupaten Indragiri Hilir pada tanggal 8 Agustus 2016. Untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan kegiatan ini diatur sedemikian rupa sehingga dapat berjalan dengan baik dari sebelum penyuluhan diadakan sampai akhir kegiatan dengan beberapa tahapan, yaitu, 1. Tahap persiapan Tahapan ini dilakukan dengan menghubungi pihak kelurahan jauh hari sebelum kegiatan dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk menginformasikan pihak pimpinan desa akan maksut dan tujuan kegiatan serta manfaat yang didapatkan dari kegiatan ini. Hal ini juga ditujukan agar informasi mengenai pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebar dengan baik sehingga pengetahuan tentang teknologi tepat guna ini tersampaikan kepada sebagian besar masyarakat. Selain itu, persiapan kelengkapan perangkat pada prototip kompor biomassa yang dipresentasikan sebagai model dicek dengan teliti agar permasalahan teknis tidak terjadi. 2. Tahap penyuluhan Tahapan ini merupakan tahapan inti yang berhubungan langsung dengan masyarakat setempat. Pada tahapan ini kegiatan penyuluhan/sosialisasi kompor biomassa dilaksanakan dengan urutan pengenalan tentang pemanfaatan sumber daya alam. Kemudian dilanjutkan dengan penyampaian dampak-dampak buruk yang ditimbulkan dari penggunaan tungku tradisional berdasarkan data-data yang meyakinkan dari sumber-sumber terpecaya, memperkenalkan sebuah model kompor biomassa yang memiliki performa yang lebih baik, aman, serta serta hemat pemakaian bahan bakar, dan lain lain. 3. Tahap diskusi Pada tahapan ini interaksi antara narasumber dan perserta dilaksanakan melalui tanya jawab langsung. Dan untuk membuat suasana lebih hidup, diskusi tidak hanya melibatkan dosen dan masyarakat, tetapi juga mahasiswa dari daerah local. Pada tahapan ini diskusi tidak hanya membahas tentang teknologi tepat guna kompor biomassa semi gasifikasi, tetapi juga menerima masukan dari masyarakat setempat tentang masalah-masalah lain yang mereka alami dan teknologi tepat guna lainnya yang mereka butuhkan. Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 4 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Pembahasan Kegiatan Gambar 3 sampai Gambar 5 menunjukkan suasana kegiatan ketika narasumber memberikan penjelasan kepada peserta penyuluhan, dilanjutkan interaksi tanya jawab dengan perserta penyuluhan dan penjelasan yang lebih spesifik tentang bagian-bagian kompor biomassa gasifikasi. Penyampaian materi penyuluhanMateri penyuluhan tentang kompor biomassa yang disampaikan pada kegiatan ini meliputi penjelasan tentang kompor biomassa, aspek-aspek penting terkait kompor biomassa, alasan dan keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan kompor biomassa, peranan kompor biomassa dalam mengurangi efek buruk hasil pembakaran, sejauh mana energi yang dapat dihemat dengan menggunakan kompor biomassa, serta menjelaskan model dan bagian-bagian dari kompor biomassa yang telah dirancang oleh Prodi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Islam Riau. Ceramah interaktif yang dilakukan dengan bantuan ilustrasi gambar dan foto pada slide power point sangat membantu peserta kegiatan dalam memahami informasi yang disampaikan. Metode ini juga memudahkan dalam penjelaskan contoh-contoh pemanfaatan sumber daya alam disekitar masyarakat yang tidak/belum termanfaatkan untuk diolah dan dijadikan bahan bakar yang dapat digunakan pada kompor biomassa. Pokok pembahasan yang disampaikan adalah sebagai berikut, 1. Teknologi tepat guna di rumah tangga, 2. Alasan memasak dengan menggunakan kayu/biomassa, 3. Kerugian memasak dengan menggunakan kompor biomassa tradisional, 4. Bahaya yang ditimbulkan oleh asap sisa pembakaran kompor tradisional, 5. Keuntungan memasak dengan rancangan kompor biomassa, 6. Model dan bagian-bagian dari rancangan kompor biomassa, 7. Bahan bakar yang dapat digunakan pada kompor biomassa. Pengalaman-pengalaman yang telah dialami oleh peserta dalam hal memasak dengan menggunakan kompor/tungku tradisional maupun pertanyaan yang berhubungan dengan materi penyuluhan disampaikan pada sesi diskusi dan tanya jawab, sehingga materi yang disampaikan lebih jelas dipahami dan manfaat yang dirasakan terkait dengan masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh kebanyakan orang tua. Selain itu hal-hal lain yang dirasakan oleh masyarakat terkait dengan cara pengolahan sampah untuk menjadi sesuatu yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar juga didiskusikan bersama untuk mencari solusi yang tepat dan sesuai dengan kondisi masyarakat setempat. Termasuk juga didalamnya membahas tentang teknologi-teknologi tepat guna yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat. Gambar 3. Penyampaian materi penyuluhan oleh narasumber Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 5 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 Gambar 4. Tanya jawab dengan peserta penyuluhan Gambar 5. Penjelasan detail tentang fungsi setiap bagian kompor biomassa 2. Evaluasi Kegiatan Evaluasi pelaksanaan kegiatan dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat yang terjadi dalam melaksanakan program pengabdian pada masyarakat ini. Secara garis besar faktor pendukung dan penghambat tersebut dapat kami jelaskan sebagai berikut a. Faktor Pendukung 1 Tersedia fasilitas yang memadai berupa laptop, proyektor, kamera digital, pengeras suara dan pointer dalam kegiatan pengabdian pada masyarakat ini, 2 Antusiasme para peserta yang cukup tinggi terhadap materi penyuluhan, 3 Dukungan dari pihak Kantor Desa yang menyambut baik pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan membantu tim pengabdian mengatur waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan, 4 Ketersediaan dana pendukung dari Lembaga Pengabdian pada masyarakat LPM-UIR guna penyelenggaraan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini b. Faktor Penghambat 1. Peserta penyuluhan terdiri dari berbagai perbedaan kalangan usia dan latar belakang pendidikan sehingga ada kekhawatiran materi yang disampaikan tidak dapat ditangkap sepenuhnya, terutama untuk warga yang latar belakang pendidikannya sangat rendah. 2. Keterbatasan waktu untuk pelaksanaan penyuluhan sehingga beberapa materi tidak dapat disampaikan secara baik. Buletin Pembangunan Berkelanjutan Vol. 5 No. 3, Desember 2021 hal. 1-6 6 H a l a m a n DOI eISSN 2714-9692 pISSN 2528-3588 3. Tempat pelaksanaan didalam ruangan sehingga tidak dapat dilakukan demostrasi untuk melihat bagaimana kinerja kompor biomassa dibandingkan kompor tradisional yang telah ada dimasyarakat. KESIMPULAN Program pengabdian pada masyarakat berupa penyuluhan mengenai keunggulan kompor biomassa dibandingkan kompor-kompor tradisional terhadap kesehatan dan penghematan bahan bakar ini diharapkan mampu menambah wawasan, pengetahuan dan mampu memberikan solusi terhadap permasalahan penggunaan kompor biomassa dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu pada kesempatan ini juga diperkenalkan pengembangan kompor biomassa semi gasifikasi dan bagian-bagian-bagian penting di dalam kompor biomassa semi gasifikasi hasil rancangan Program Studi Teknik Mesin Universitas Islam Riau. Dengan diperkenalkan bagian-bagian dari kompor biomassa semi gasifikasi diharapkan masyarakat sekitar dapat mencontohnya, membuat dan menggunakan model kompor tersebut untuk kebutuhan memasak. Selain itu bagi masyarakat yang memiliki kemampuan/skill dalam membuat kompor tersebut, maka hal ini dapat dijadikan sebagai sarana baru dalam meningkatkan taraf hidup mereka. Program kegiatan penyuluhan ini disertakan dengan modul materi sehingga peserta dapat mengambil pelajaran/informasi mengenai perbandingan menggunakan kompor biomassa semi gasifikasi dengan kompor-kompor biomassa tradisional yang dipergunakan oleh masyarakat selama ini. Kegiatan ini mendapat sambutan sangat baik dari seluruh peserta dan dinas terkait yang terbukti dengan keaktifan peserta mengikuti penyuluhan dengan tidak meninggalkan tempat sebelum waktu penyuluhan berakhir, serta adanya permintaan masyarakat setempat untuk diadakan kembali kegiatan lanjutan tentang workshop cara pembuatan kompor biomassa semi gasifikasi. UCAPAN TERIMA KASIH Terimakasih kepada Universitas Islam Riau atas izin dan dukungan finansial sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik. Begitu juga halnya kepada pihak kelurahan desa Pulai Indah Kec. Kempas Jaya Kab. Indragiri Hilir, telah bersedia menerima kami dan menyebar luaskan informasi kegiatan ini kepada masyarakat desa Pulai Indah. DAFTAR PUSTAKA Adler, T., 2010. Better Burning, Better Breathing; Improving Health with Cleaner Cook Stoves. Enviromental Health Perspectives, 1183. Elfiano, E., Natsir, M., & Indra, D. 2014. Analisa Proksimat Briket Bioarang Campuran Limbah Ampas Tebu dan Arang Kayu. In Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Trisakti. Elfiano, E. Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi. Giyanto, G. 2020. Kajian Preferensi Penggunaan Kompor Biomassa Pelet kayu Sebagai Alternatif pengganti Tungku Tradisional. In Prosiding Seminar Nasional NCIET. 11, 6-19. Julita, R., Rionaldo, H., Andrio, D., & Zulfansyah, Z. 2019. Performa kompor gasifikasi champion stove. Pathak, U., Kumar, R., Suri, T. M., Suri, J. C., Gupta, N. C., & Pathak, S. 2019. Impact of biomass fuel exposure from traditional stoves on lung functions in adult women of a rural Indian village. Lung India Official Organ of Indian Chest Society, 365, 376. Rahman, J. 2015. Perancangan Kompor Biomassa Yang Bebas Polusi. Jurnal Relevansi, Akurasi Dan Tepat Waktu RAT, 41, 555-561. Robin, L. F., Lees, P. S., Winget, M., Steinhoff, M., Moulton, L. H., Santosham, M., & Correa, A. 1996. Wood-burning stoves and lower respiratory illnesses in Navajo children. The Pediatric infectious disease journal, 1510, 859-865. World Health Organization. 2014. World Health Statistics ResearchGate has not been able to resolve any citations for this publication. Tina AdlerEvery morning and evening, millions of women in India spend an hour or two cooking their rice, dal, curry, and roti or other flat bread. Most will prepare their meals over a smoky, 3-stone open fire or a traditional clay or brick cook stove called a chulha. The stoves burn a mix of wood, hay, or cow dung that the women collect from around their homes or, at times, far from the safety of their villages. The old-fashioned chulhas cook slowly, imparting a delicious flavor to the food that many Indians love. But everyone—from the women cooking their meals to international health experts—knows the smoke from the fires has a dark side, literally and figuratively. Users say the smoke burns their eyes and blackens their pots and kitchen walls. Climatologists such as Veerabhadran Ramanathan, a professor at the University of California, San Diego, say the black carbon soot from the smoke, which blankets the villages, contributes to anthropogenic climate change. Health experts report that smoke exposure increases the risk of numerous diseases. “Day in and day out, and for hours at a time, women and their small children breathe in amounts of smoke equivalent to consuming two packs of cigarettes per day,” the World Health Organization WHO reported in the 2006 report Fuel for Life Household Energy and Health. To date, the few nongovernmental organizations, companies, and development and public health agencies that have tried to replace these traditional stoves have met with only isolated successes in large-scale programs. Now India intends to launch one of the largest improved cook stove initiatives in the world, its government announced in December 2009. Although several other governments have stove replacement programs, India’s has a larger potential than most. Clean-stove experts warn there is no one perfect stove or stove program that will solve India’s—or any other country’s—problem with smoke exposure. “Almost certainly, we need a range of options for different groups defined by geography, socioeconomic level, and culture,” says Nigel Bruce, a consultant to the WHO and senior lecturer at the University of Liverpool. “It is possible that a common technology could be at the core of these, but I would not assume that either.”Background Acute lower respiratory illnesses ALRI have been associated with exposure to domestic smoke. To examine further this association, a case-control study was conducted among Navajo children seen at the Public Health Service Indian Hospital at Fort Defiance, AZ. Methods Cases, children hospitalized with an ALRI n = 45, were ascertained from the inpatient logs during October, 1992, through March, 1993. Controls, children who had a health record at the same hospital and had never been hospitalized for ALRI, were matched 11 to cases on date of birth and gender. Home interviews of parents of subjects during March and April, 1993, elicited information on heating and cooking fuels and other household characteristics. Indoor air samples were collected for determination of time-weighted average concentrations of respirable particles <10 μm in diameter. Results Age of cases at the time of admission ranged from 1 to 24 months median, 7 months; 60% of the cases were male. Matched pair analysis revealed an increased risk of ALRI for children living in households that cooked with any wood odds ratio OR, 95% confidence interval CI, to had indoor air concentrations of respirable particles ≥65 μg/m3 90th percentile OR 95% CI to and where the primary caretaker was other than the mother OR 9, 95% CI to Individual adjustment for potential confounders resulted in minor change <20% in these results. Indoor air concentration of respirable particles was positively correlated with cooking and heating with wood P < but not with other sources of combustion emissions. Conclusions Cooking with wood-burning stoves was associated with higher indoor air concentrations of respirable particles and with an increased risk of ALRI in Navajo Proksimat Briket Bioarang Campuran Limbah Ampas Tebu dan Arang KayuE ElfianoM NatsirD IndraElfiano, E., Natsir, M., & Indra, D. 2014. Analisa Proksimat Briket Bioarang Campuran Limbah Ampas Tebu dan Arang Kayu. In Seminar Nasional Teknik Mesin Universitas Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Non-KarbonisasiE ElfianoElfiano, E. Analisa Karakteristik Pembakaran Briket Tongkol Jagung dengan Proses Karbonisasi dan Preferensi Penggunaan Kompor Biomassa Pelet kayu Sebagai Alternatif pengganti Tungku TradisionalG GiyantoGiyanto, G. 2020. Kajian Preferensi Penggunaan Kompor Biomassa Pelet kayu Sebagai Alternatif pengganti Tungku Tradisional. In Prosiding Seminar Nasional NCIET. 11, of biomass fuel exposure from traditional stoves on lung functions in adult women of a rural Indian villageR JulitaH RionaldoD AndrioZ ZulfansyahU PathakR KumarT M SuriJ C SuriN C GuptaS PathakJulita, R., Rionaldo, H., Andrio, D., & Zulfansyah, Z. 2019. Performa kompor gasifikasi champion stove. Pathak, U., Kumar, R., Suri, T. M., Suri, J. C., Gupta, N. C., & Pathak, S. 2019. Impact of biomass fuel exposure from traditional stoves on lung functions in adult women of a rural Indian village. Lung India Official Organ of Indian Chest Society, 365, Health Organization. 2014. World Health Statistics
Banyak limbah hasil alam dapat dimanfaatkan menjadi pupuk organik, bahkan kotoran hewan ternak juga kini bisa jadi alternatif energi terbarukan. Salah satunya adalah kotoran sapi yang dapat dijadikan sebagai pengganti kompor bahan bakar minyak atau populer dikenal dengan biogas. Biogas bisa menjadi alternatif pengganti energi dari fosil seperti gas alam dan minyak bumi yang tidak dapat diperbarui dan terbatas. Kompor biogas kotoran sapi juga dinilai ramah lingkungan karena dalam prosesnya. Penggunaan produk tersebut dapat mengurangi faktor yang merusak lingkungan. Lebih lanjut, mengapa kompor biogas kotoran sapi ramah lingkungan? Simak penjelasannya di bawah ini. Apa Itu Biogas? Sebelum memahami alasan mengapa kompor biogas kotoran sapi ramah lingkungan, kita perlu mengetahui lebih dahulu tentang konsep dasar dari biogas. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI daring, biogas adalah gas yang terbuat dari kotoran ternak. Secara umum, biogas termasuk salah satu jenis energi alternatif yang tidak menggunakan bahan dari fosil. Dalam prosesnya, biogas diperoleh dari aktivitas anaerobik atau fermentasi dari bahan-bahan organik yang dapat didaur ulang. Energi alternatif ini umumnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar pengganti gas Elpiji, pembangkit listrik, dan bahan bakar kendaraan. Karena termasuk alternatif energi terbarukan dan tidak berasal dari fosil, biogas dianggap mampu menjaga ketersediaan energi bagi masyarakat. Proses Mengubah Kotoran Sapi Menjadi Biogas Proses pembuatan biogas dari kotoran sapi dimulai dari penguraian yang dilakukan di ruang bawah tanah atau lubang tertutup. Untuk membuat biogas, kotoran sapi dimasukkan ke dalam lubang atau ruang di bawah tanah hingga kemudian akan terurai. Proses tersebut merupakan metode pengolahan dan pemanfaatan kotoran ternak atau limbah organik yang disebut biodigester. Setelah mengalami penguraian yang dibantu oleh bakteri atau dikenal sebagai proses dekomposisi, kotoran sapi akan menghasilkan gas metana. Gas metana itulah yang dapat digunakan sebagai salah satu sumber alternatif energi panas untuk bahan bakar kendaraan hingga pengganti gas Elpiji. Mengapa Kompor Biogas Kotoran Sapi Ramah Lingkungan? 1. Tidak Mencemari Lingkungan dan Berasal dari Sumber Daya Alam yang Dapat Diperbarui Gas metana CH4 yang dihasilkan dari kotoran sapi dapat menjadi salah satu penyebab pemanasan global lebih besar dibandingkan gas karbon dioksida C02 jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu, lewat proses biodigester, kotoran sapi diubah menjadi energi lebih ramah lingkungan dan dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif. Pemanfaatan dan proses pengolahan tepat guna dapat membuat kotoran sapi tidak mencemari lingkungan karena merupakan sumber energi yang dapat diperbarui. 2. Mengurangi Polusi Udara Sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan, kompor biogas kotoran sapi dapat menghasilkan api biru bersih dan tidak menimbulkan asap dibandingkan minyak tanah atau kayu pakar. Secara langsung, kompor biogas kotoran sapi dapat membantu mengurangi polusi udara yang dihasilkan dari asap pembakaran seperti pada bahan bakar minyak. 3. Merupakan Hasil Daur Ulang dari Limbah Kotoran Sapi Kotoran sapi termasuk limbah organik yang masih dapat didaur ulang dan dikelola dengan tepat guna, salah satunya sebagai sumber energi alternatif kompor biogas. Sementara limbah dari proses pembuatan biogas dapat digunakan sebagai pupuk yang bermanfaat bagi perkembangan tumbuhan maupun kesuburan tanah. Nah, itulah seputar informasi terkait mengapa kompor biogas kotoran sapi ramah lingkungan yang perlu kamu ketahui. Di Indonesia, pengembangan biogas masih belum maksimal dan masih banyak hal yang perlu dibenahi. Meski begitu, biogas rumah tangga di Indonesia setidaknya telah mencapai sekitar 47 ribu unit dengan menghasilkan biogas sebanyak m3/hari atau sekitar 26,72 juta m3/tahun. Jika kamu tertarik untuk mengetahui lebih dalam tentang pengelolaan biogas yang tak hanya berasal dari kotoran sapi tetapi limbah organik lain, kamu bisa membaca buku Biogas Fermentasi Limbah Peternakan. Buku ini akan memberikanmu pemahaman terhadap proses pengelolaan limbah organik menjadi biogas dan pupuk organik. Selain itu, buku yang ditulis oleh Ahmad Wahyudi dan Listiari Hendraningsih ini juga akan membahas tentang bagaimana penggunaan reaktor biogas dalam sistem usaha peternakan terpadu dapat menghemat pemakaian pupuk hingga meningkatkan kesehatan masyarakat. Buku Biogas Fermentasi Limbah Peternakan dapat menjadi alternatif bacaan yang berguna dalam pengembangan pengelolaan biogas agar bisa digunakan secara maksimal sebagai salah satu energi ramah lingkungan. Untuk menambah khazanah keilmuan, terutama bagi kamu yang tertarik dalam mengembangkan pemanfaatan limbah ternak, buku ini akan sangat berguna. Dapatkan buku Biogas Fermentasi Limbah Peternakan secara online melalui Selain itu, ada gratis voucher diskon yang bisa kamu gunakan tanpa minimal pembelian. Yuk, beli buku di atas dengan lebih hemat! Langsung klik di sini untuk ambil vouchernya. Promo Diskon
Kompor BIOGAS dari Kompor Gas LPG Hidup Harus Kreatif, Aktif dan Inovatif, apalagi bagi petani kecil didusun terpencil didesa khsusnya Desa Lokapksa dengan segenap permasalahan hidup yang ada, mulai dari himpitan perekonomian hingga krisis energi dan lain sebagainya. Tidak terkecuali bagi kami anggota Kelompok Ternak Pucak Manik yang ber ternak Sapi Bali, kini merupakan salah satu proyek percontohan Pemerintah Provinsi Bali dalam sistem pertanian terintegrasi yang di bali lebih dikenal dengan istilah SIMANTRI atau Sistem Management Pertanian Terintegrasi dalam rangka mewujudkan Visi Bali Organik, Bali Clean, Bali Green dan Bali Mandara, harus mampu menyiasati hidup ini. Melalui program SIMANTRI yang telah diluncurkan dengan adanya unit reaktor biogas sebagai energi alternatif di kelompok kami, dengan disertai asessories berupa kompor biogas 3 buah dan kantung biogas 5 buah, maka kami telah mencoba mengembangkan ide kreatif kami dengan mengolah ban bekas truck/mobil untuk dijadikan kantung biogas. Kini petani semakin sadar akan manfaat penting pengolahan kotoran sapi menjadi biogas, beberapa petani telah memanfaatkan biogas di masing-masing rumah mereka dengan mencharge ban bekas untuk membawa biogas dari reaktor di kandang ke rumah mereka. Permasalahan yang ada yakni pengembangan kompor biogas untuk semua anggota kelompok, jika kini hanya ada 3 kompor bantuan ditambah dengan 2 kompor swadaya kelompok berarti dibutuhkan sekitar 20 kompor biogas. jika 1 unit kompor biogas harganya Rp. maka dibutuhkan uang sebanyak Rp. 5 juta, nah bayangkan betapa mahalnya biaya yang dibutuhkan. Untuk itu timbulah ide kreatif petani miskin dan tua dengan memanfaatkan kompor LPJ bantuan pemerintah untuk dimodifikasi menjadi kompor biogas. Adapun Langkah-langkah untuk memodifikasi adalah sebagai berikut 1. Siapkan Kompor LPG Bantuan Pemerintah Inilah Wajah asli kompor LPG Conversi dari minyak tanah ke gas bantuan pemerintah dalam bentuk bantuan gratis. Kwalitasnya Lumayan untuk model gratisan. heee...!, jika ini kita bedah maka komponen kompor akan terlihat seperti pada gambar disebelah kanan. 2. Lakukan pembongkaran, kemudian kita ambil bagian Dudukan Burner kompor tersebut, seperti pada gambar berikut Setelah itu atur bagian penutup /pengaturan pencampuran sirkulasi udara Primary air opening yang terletak pada bagian belakang dudukan burner kompor LPG tersebut. 3. Pada bagian Injector Jet atau Spuyer gas, Lakukan pengeboran dengan menggunakan bor besi dengan diameter 1,5 mm sampai dengan 2 mm. dengan ini akan selesai proses modifikasi kompor LPG, dan kompor tersebut tinggal dipasang kembali komponen yang dimodifikasi tersebut dan telah siap digunakan untuk kompor biogas. 4. Tinggal Pasang Selang Biogas, nyalakan kemudian buat air hangat untuk secangkir kopi bersama anggota kelompok. Selamat Mencoba, Bagi kelompok yang telah ada reaktor biogasnya tetaplah kreatif, Selalu berswadaya di kelompok, Kantong tebal, apa yang menjadi tujuan simantri tetap berjalan dari hulu hingga hilir, Jangan patah Semangat walaupun tidak dapat juara dalam lomba SIMANTRI, yang penting Tetaplah KREATIF, AKTIF dan INOVATIV dibandingkan dapet Juara tapi Kandang kotor, Bio urine terbengkalai dan sampai bercampur TAI, Biogas Tidak dimanfaatkan/dimanfaatkan saat kunjungan pejabat akan datang, serta kelompoknya BODO xixixixi Postingan populer dari blog ini Pulau Bali, pulau kecil munggil nan unik dengan segala keindahan panorama alam nya, dengan keunikan budayanya telah berhasil memikat hati para wisatawan di dunia. Berbicara soal keindahan panaroma Alam Bali, Keunikan Budaya Bali dan Pesatnya Pariwisata Bali kita tidak bisa terlepas dari sebuah dunia yang disebut Pertanian Bali. Pertanian di bali memiliki pertalian yang erat antara Budaya, Agama, Alam Bali dan Pariwisata di Bali. Secara umum dapat disimpulkan bahwa pertanian di bali adalah adalah sesuatu hal yang sangat kompleks sekali karena selalu bersentuhan dengan sektor yang lainnya, Sebagai contoh Sistem Subak yang sangat terkenal dan mendunia ini. Sistem Subak merupakan sebuah organisasi yang mengatur tata kelola sistem pengairan persawahan di bali yang menerapkan konsep "Tri Hita Karana" yakni sebuah konsep harmonisasi antara hubungan manusia dengan Tuhan, Lingkungan/alam dan manusia itu sendiri. Dalam hal ini di sektor pertanian kita akan membahas mengenai alat Bagi Kami pada awal-awal pendirian Kelompok Ternak Pucak Manik sebagai Kelompok Tani Ternak Sapi Bali , yang merupakan salah satu proyek percontohan Pemerintah Provinsi Bali dalam sistem pertanian terpadu / Sistem Pertanian Terintegrasi yang di bali lebih dikenal dengan istilah SIMANTRI yakni Sistem Management Pertanian Terintegrasi dalam rangka menuju visi bali organik, bali clean dan bali mandara, ini kami banyak di bimbing oleh seorang PPL yang sangat baik diterima dihati Anggota kelompok kami, Beliau adalah Bapak I Made Santiyasa, SP. beliau banyak memberi arahan dan bimbingan agar kelompok kami maju dan berkembang, untuk itu salah satunya kami harus memulai dengan tertib Administrasi dalam kelompok, tersedianya kelengkapan administrasi pembukuan yang baik. adapun buku-buku yang mesti dilengkapi Baik buku keuangan maupun buku non keuangan. Dengan ini kami ingin berbagi kepada para petani yang baru membentuk kelompok tani POKTAN maupun GAPOKTAN, beberapa contoh Admisitra PROPOSAL PERMOHONAN BANTUAN KELOMPOK TERNAK PUCAK MANIK Desa Lokapaksa, Banjar Dinas Bukit Sakti Kecamatan Seririt Kabupaten Buleleng Tahun 2009 - - - BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Desa Lokapaksa merupakan salah satu desa terluas di Kecamatan Seririt yakni dengan Luas 28, 84 KM2, dengan potensi jumlah penduduk mencapai jiwa data BPS 2006, dimana sebagian besar penduduk Desa Lokapaksa memiliki pekerjaan sebagai petani, baik sebagai petani pengolah lahan sawah, pengolah lahan kering dan sekaligus sebagai petani ternak. Peternakan yang paling umum dikelola para petani di Desa Lokapaksa yakni ternak sapi, ternak babi, dan ternak ayam. Untuk para peternak sapi, ternak sapi di peroleh oleh para petani ternak ini baik dari sapi milik sendiri dan sebagian besar lagi petani ternak mempe
- Biogas adalah salah satu jenis energi alternatif yang dapat menggantikan penggunaan bahan bakar fosil. Dilansir dari Youmatter, biogas adalah jenis bahan bakar nabati yang dihasilkan dari penguraian bahan organik yang dilakukan secara alami. Saat bahan organik terpapar lingkungan kedap oksigen, maka campuran gas didalamnya akan yang paling banyak dilepaskan pada proses ini adalah gas metana sebesar 50-75 persen, bergantung pada jumlah karbohidrat yang terdapat pada campuran bahan organik dan karbon dioksida. Proses ini juga menghasilkan gas lainnya namun dalam jumlah yang lebih kecil. Dikarenakan proses produksi biogas ini terjadi secara anaerob, yaitu tanpa paparan oksigen, sehingga terjadi proses fermentasi yang memecah rantai pada bahan organik. Proses pemecahan ini menjadikan bahan organik yang semula limbah menjadi sumber energi yang dapat digunakan untuk memanaskan, mendinginkan, memasak, atau bahkan memproduksi listrik. Baca juga Klasifikasi Pupuk dan Manfaatnya Cara menghasilkan biogas Penggunaan biogas merupakan teknologi hijau, yakni teknologi ramah lingkungan karena biogas didapat dari bahan alami dan selama prosesnya tidak mengakibatkan kerusakan lingkungan. Sumber biogas adalah dari kotoran sapi, sekam padi, dan bahan organik yang biasanya berasal dari sisa makanan ternak, serasah, rumput, dan daun-daunan. Kotoran sapi dapat menghasilkan biogas karena memiliki kandungan selulosa yang tinggi, hal ini menjadikan kotoran sapi sangat baik digunakan sebagai starter dalam proses fermentasi saat pembuatan biogas. Kandungan selulosa yang tinggi pada kotoran sapi memudahkan proses pencernaan oleh bakteri anaerob. Dilansir dari ETIP Bioenergy, proses pembuatan bioenergi memiliki empat tahapan biokimia yang dilakukan oleh jenis mikroorganisme yang berbeda, yaitu Hidrolisis Proses pertama dalam pembuatan biogas adalah proses hidrolisis, yaitu tahap pelarutan. Bahan organik yang tidak larut seperti selulosa, polisakarida, dan lemak akan diubah menjadi bahan yang larut dalam air seperti glukosa. Proses ini memerlukan bantuan dari enzim bakteri yang memecah rantai panjang pada karbohidrat, protein, dan lemak menjadi lebih pendek. Proses pelarutan ini terjadi pada suhu 25 derajat selsius yang terjadi di dalam digester. Baca juga 5 Sumber Daya Alam dengan Pengaruh Terbesar bagi Manusia Asidogenesis Dalam proses ini, hasil hidrolisis diubah menjadi asam organik oleh bakteri asam yang menghasilkan asam asetat, hidrogen, dan karbon dioksida yang merupakan komponen utama dalam pembentukan metana. Asetogenesis Asam organik dan alkohol diubah menjadi asam asetat, hidrogen, dan karbon dioksida oleh bakteri asetogenik. Hidrogen yang dihasilkan harus diurai oleh mikroorganisme metanogenik, karena terlalu banyak hidrogen akan menghambat pembentukan asam asetat. Metanogenesis Produk yang dihasilkan dari proses sebelumnya akan diubah menjadi metana, karbon dioksida, dan air oleh bakteri yang membentuk metana tumbuh paling lambat dan bereaksi paling sensitif terhadap gangguan. Oleh sebab itu proses yang dilakukan harus disesuaikan dengan kebutuhan mikroorganisme tersebut. Kondisi optimal untuk proses pembuatan biogas adalah suhu konstan selama proses, nilai pH antara 5,2-8, adanya makro dan mikronutrien yang dibutuhkan, serta tidak boleh ada inhibitor atau penghambat selama proses berlangsung. Baca juga Persoalan Lingkungan pada Bentang Alam Karst Manfaat biogas Berikut adalah manfaat biogas yang dilansir dari Homebiogas! Ramah lingkungan Gas yang dihasilkan dari biogas tidak menimbulkan polusi sehingga dapat mengurangi emisi rumah kaca. Hal ini menjadikan biogas salah satu alternatif untuk mengurani pemanasan global. Selain itu, bahan yang digunakan dalam proses pembuatan biogas akan selalu ada karena biogas berasal dari limbah hewan dan tumbuhan. Sehingga biogas merupakan sumber energi terbarukan yang akan selalu berkelanjutan. Biogas mengurangi pencemaran tanah dan air Penumpukan sampah di daratan akan mengeluarkan bau tidak sedap dan memberi dampak buruk lain seperti kemungkinan adanya cairan beracun yang mengalir ke sumber air tanah. Penggunaan biogas dapat menjadi solusi dari peningkatan kualitas air karena pada proses anaerob, patogen dan parasit yang terdapat dalam air akan dinonaktifkan. Hal ini juga efektif untuk mengurangi penyakit yang ditularkan melalui air. Pengumpulan limbah dan pengelolaan limbah di suatu wilayah yang memiliki instalasi biogas akan meningkat secara pesat, hal ini juga akan berdampak baik bagi sanitasi dan kebersihan lingkungan. Baca juga Manfaat Sumber Daya Alam Tambang Biogas menghasilkan pupuk organik Produk sampingan dari proses biogas adalah bahan organik yang diperkaya yang merupakan suplemen yang sangat baik pengganti pupuk kimia. Pembuangan pupuk dari digester dapat mempercepat pertumbuhan dan meningkatkan ketahanan tanaman terhadap penyakit, sedangkan pupuk kima selain memiliki dampak buruk untuk lingkungan juga dapat menyebabkan keracunan pada makanan. Murah Teknologi yang digunakan untuk menghasilkan biogas relatif murah. Peternakan dapat memanfaatkan tanaman dan produk limbah yang dihasilkan oleh ternak setiap hari untuk bahan pembuatan biogas. Produk limbah dari seekor sapi dapat menghasilkan energi yang cukup untuk menyalakan lampu bohlam sepanjang hari. Pada skala industri, biogas yang dihasilkan dapat dimanfaatakn untuk mencapai kualitas yang setara dengan gas alam sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan bermotor. Alternatif kayu bakar Di daerah pedesaan masih banyak yang menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar yang digunakan untuk memasak. Baca juga Contoh Manfaat Sumber Daya Alam bagi Kehidupan Manusia Memasak menggunakan kayu bakar akan menghasilkan asap yang berbahaya bagi pernafasan. Ada 4,3 juta orang meninggal setiap tahun akibat polusi udara yang disebabkan oleh asap dari hasil pembakaran kayu bakar. Penggunaan biogas dapat menjadi solusi karena tidak menghasilkan asap yang berbahaya bagi kesehatan, selain itu juga bahan pembuatan biogas sangat mudah ditemukan di daerah pedesaan. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
Sapi merupakan hewan yang kotorannya dimanfaatkan sebagai bahan bakar ramah lingkungan. Foto PixabayKotoran sapi dapat digunakan sebagai bahan bakar pengganti kompor bahan bakar minyak. Penggunaan bahan bakar kotoran sapi ini dinamakan dengan istilah bahan bakar biogas. Biogas mengandung metana yang berfungsi untuk mempercepat merupakan sumber energi terbarukan dan dapat dijadikan sebagai energi alternatif pengganti energi yang berasal dari fosil seperti minyak bumi dan gas alam. Hal ini diperlukan, mengingat energi yang berasal dari fosil merupakan energi yang tidak dapat dapat menjaga ketersediaan sumber energi yang berasal dari fosil, kompor biogas kotoran sapi juga dinilai ramah lingkungan. Ramah lingkungan yang dimaksud adalah pembuatan dan penggunaan produk biogas dapat membantu mengurangi faktor yang merusak mengapa kompor biogas kotoran sapi dinilai ramah terhadap lingkungan? Simak uraian lengkapnya berikut pabrik pembuatan biogas. Foto PixabayAlasan Kompor Biogas Kotoran Sapi Dinilai Ramah LingkunganDilansir melalui situs belajar milik Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, penggunaan kompor biogas kotoran sapi dinilai ramah lingkungan karena beberapa alasan berikut Proses pembuatan biogas mendaur ulang limbah kotoran sapiLimbah dari proses pembuatan biogas dapat digunakan sebagai pupuk. Pupuk yang diperoleh dari sisa perombakan sampah menjadi biogas mengandung senyawa organik dan anorganik yang diperlukan oleh tanaman, yaitu senyawa karbon organik, senyawa kalium, senyawa fosfat maupun nitrogen sumber unsur N.2. Biogas tidak mencemari lingkungan dan berasal dari sumber daya alam yang dapat diperbaruiKotoran yang dibiarkan menumpuk tanpa pengolahan dapat membahayakan kesehatan manusia, karena mengandung racun dan bakteri-bakteri patogen, seperti Escherichia coli. Kotoran tersebut juga dapat mencemari lingkungan, jika terbawa air dan masuk ke dalam tanah dan air sungai. Belum lagi bau tidak sedap yang ditimbulkannya sangat mengganggu kenyamanan. 3. Penggunaan biogas membantu menurunkan emisi gas rumah kaca yang memicu pemanasan globalMetana yang dihasilkan secara alami oleh kotoran yang menumpuk merupakan gas penyumbang terbesar pada efek rumah kaca, bahkan lebih besar dibandingkan karbon dioksida. Pembakaran metana pada biogas mampu mengubahnya menjadi karbon dioksida, sehingga mengurangi kemunculan metana dalam sirkulasi udara di muka bumi. 4. Penggunaan biogas membantu mengurangi polusi udara dari asap pembakaran bahan bakar minyakKelebihan biogas dibandingkan dengan minyak tanah ataupun kayu bakar adalah biogas dapat menghasilkan api biru yang bersih dan tidak menghasilkan asap, sehingga kebersihan udara tetap biogas dimanfaatkan di perdesaan yang sebagian mata pencahariaan penduduknya di bidang peternakan. Foto PixabayPemanfaatan BiogasBiogas dapat menjadi salah satu sumber energi alternatif yang memiliki prospektif untuk dikembangkan. Teknologi pembuatan biogas kotoran sapi merupakan teknologi tepat guna, yang cocok diterapkan di daerah pedesaan terutama daerah pembuatan biogas relatif murah dan mudah, karena bahan bakunya cukup melimpah dan peralatan yang digunakan cukup merupakan sumber energi alternatif yang dapat dikembangkan untuk mengurangi ketergantungan pada BBM. Selain sebagai pengganti BBM, biogas merupakan energi yang ramah lingkungan dan dapat menambah pendapatan masyarakat.
penggunaan kompor biogas sangat bermanfaat bagi masyarakat daerah karena dapat